Friday, February 5, 2016

Istano Basa Pagaruyung

Istano Basa Pagaruyung
  Tiket masuk istana ini sebesar 7 ribu. Terletak di kecamatan Tanjung emas, kota Batusangkar kabupaten Tanah datar, Sumatera barat.Istana yang penuh dengan ukiran berfalsafah sejarah dan budaya minangkabau ini sudah beberapa kali mengalami kebakaran. Jadilah hanya replica sosok  bangunan megah dari kayu ini yang kita pandang sekarang. Pertama terbakar saat kerusuhan berdarah tahun 1804. Kemudian didirikan kembali dan terbakar lagi tahun 1966. Lalu pada masa gubernur Harun zain, kembali istana ini dibangun tapi di lokasi baru di sebelah selatannya. Kata orang, tidak bagus membangun rumah di tanah bekas kebakaran. Pada tanggal 27 februari 2007, lagi-lagi istana ini kebakaran. Adalah petir menyambar ujung atap bagonjong sebelah kiri yang membuat istana kebanggaan orang Batusangkar ini ludes dilalap api. Diperkirakan hanya 15 persen barang-barang berharga yang bisa di selamatkan. Pas gue kesana, kebanyakan benda-benda peninggalan hanya replica saja. Yang asli disimpan di balai benda purbakala kabupaten Tanah datar.

Selama 6 tahun, perbaikan yang menghabiskan biaya kurang lebih 20 milyar ini selesai membangunkan kembali kemegahan istano basa Pagaruyung dengan kondisi sama, 11 gonjong atau atap, 72 tonggak dan 3 lantai. Dilengkapi dengan satu surau atau mushola dan tabuah rangkiang patah Sembilan atau lumbung padi. Pada tanggal 30 oktober 2013, presiden Sby resmi membuka kembali istana untuk umum. Dimeriahkan dengan pesta adat yang menelan biaya 1,5 milyar. 
Pada masa kerajaan Minangkabau tegak berdiri, istano basa Pagaruyung memiliki peran ganda. Sebagai pusat pemerintahan juga sebagai tempat tinggal raja atau dipanggil ‘rajo alam’. Istano baso artinya istana yang besar atau agung.

Jika hendak memasuki istana, sandal haruslah dilepas. Dahulu ada namanya batu tapakan, tempat mencuci kaki sebelum naik. Lalu saat masuk ke dalam, lantai yang digunakan terbuat dari kayu. Padahal sebelum kebakaran, lantai istana menggunakan bambu. Paling tengah, yang sejajar dengan pintu masuk terdapat singasana (pelaminan bundo kanduang) yang berfungsi tempat bundo kanduang(ibu suri) melihat siapa yang datang atau belum datang kalau ada rapat kerajaan.Di kiri kanan singasana, terdapat bilik-bilik kamar tempat putri-putri raja yang sudah menikah. Dimulai dari sebelah kanan untuk putri pertama, hingga bilik terakhir untuk adik-adiknya. Dari 9 ini, satu ruangan dijadikan tempat jalan ke dapur yang disebut selasar. Didepan bilik kamar putri, terdapat bandua tangah, berfungsi untuk ngobrol-ngobrol keluarga penghuni bilik.

Di bagian paling kanan atau disebut pangkal rumah, terdapat anjuang rajo babandiang yang mempunyai 3 langgam atau tingkat. Langgam pertama sebagai tempat sidang, langgam kedua tempat beristirahat sedang langgam ketiga sebagai tempat tidur raja.Dibagian paling kiri, terdapat anjuang perak yang berfungsi pada langgam pertama sebagai tempat bundo kanduang mengadakan rapat kewanitaan, langgam kedua tempat istirahat dan langgam ketiga sebagai tempat tidur.
Disamping singasana, ada tangga menuju lantai dua. Disini, terdapat satu bilik kamar yang berfungsi sebagai tempat putri raja yang belum menikah. Disebutanjuang paranginan. Disini juga terdapat kursi dan meja tempat keluarga bercengkrama. Naik ke lantai tiga, terdapat mahligai yang berfungsi sebagai tempat menyimpat alat-alat kebesaran kerajaan. Biasanya di simpan di dalam peti khusus yang dinamakan aluang bunian. Disini juga terdapat kursi dan meja untuk bercengkrama.

Saat keluar dari istana, di sebelah paling kanan, terdapat dua tabuah larangan. Yang satu bernama gaga di bumi yang dibunyikan saat ada peristiwa besar (bencana alam, kebakaran, dll). Yang kedua bernama tabuah mambang diawan yang dibunyikan untuk memanggil rapat para basa nan ampek balai (dewan empat mentri) yaitu tuan titah di Sungai tarab, tuan kadi di Padang ganting, tuan indomo di Saruaso, tuan mankudun di Sumanik, tuan gadang di Batipuh serta Tigo selo (raja alam, raja adat, raja ibadat).

Disamping tabuah larangan, terdapat surau tempat shalat, belajar mengaji dan tempat tidur putra raja yang telah akil baligh. Seperti yang gue bilang tadi, rumah gadang itu untuk perempuan, yang laki-laki mah tinggal di surau-surau atau merantau.Di samping paling kanan, berlatar gunung marapi, terdapat pohon beringin tempat bermain anak-anak raja. Disebut tanjuang mamutih. Sedangkan dapur berada menyambung dibagian belakang istana.

Jika membaca sejarah kerajaan Pagaruyung, dahulu sebelum memeluk islam, adalah penganut budha. Terutama pada masa pemerintahan Adityawarman pada abad ke-13. Seperti tercatat pada prasasti Batusangkar (basurek) yang menyebutkan ritual ajaran tantris dari agama budha yang disebut Hevajra, yaitu upacara peralihan kekuasaan Adityawarman kepada putra mahkotanya.Lalu pada akhir abad ke 14, agama islam mulai masuk dan berkembang pesat pada abad ke-16. Yaitu melalui para musafir dan guru agama yang singgah atau datang dari Aceh dan malaka. Adalah syaikh Burhanudin ulakan, ulama yang dianggap pertama-tama menyebarkan agama islam di Pagaruyung. Pada abad ke-17, kerajaan Pagaruyung resmi berubah menjadi kesultanan islam dengan raja pertama bernama sultan alif.

Sejak masuknya agama islam, banyak peraturan adat yang bertentangan dihilangkan dan atau diganti dengan ajaran islam. Seperti muncul nya pepatah adat Minangkabauadat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, artinya adat minangkabau bersendikan pada syariah agama islam, sedangkan syariah bersendikan pada kitab Allah (Al Quran). Namun hal ini menimbulkan pertentangan dengan kaum adat yang sudah lama bercokol di tanah Pagaruyung. Mulai timbullah konflik-konflik saudara yang terkenal dengan perang Padri antara kaum padri (ulama) dan kaum adat.

0 komentar:

Post a Comment